Foto : |
“Yang dipukul ialah Penyelidik KPK, satu orang. Bukan Penyidik KPK, tapi penyelidik,” ujar Argo ketika dikonfirmasi, (3/1).
Argo menyatakan, pihaknya langsung melakukan penyelidikan atas laporan dari pihak KPK dengan mengumpulkan keterangan saksi, korban serta mengumpulkan alat bukti. “Saat ini masih kami selidiki pelakunya,” kata dia.
Menurut Argo, kemarin malam Wakil Ketua KPK, Laode M Syarif menjemput penyelidik tersebut usai diinterogasi oleh kepolisian. Ia belum mau memberitahukan identitas penyelidik tersebut.
“Hasil interogasi sementara, bukan gubernur Papua yang memukul, ada seseorang yang memukul,” sambung Argo.
Menurut Juru Bicara KPK Febri Diansyah, penyelidik KPK itu mengalami luka parah di wajahnya. Ada yang robek, dan bahkan tulang hidungnya patah. Keduanya kini sedang menjalani perwatan dan akan dilakukan tindakan operasi di Rumah Sakit.
Sebelumnya, ada beberapa penyelidik KPK yang ditugaskan untuk melakukan pengecekan di lapangan terhadap informasi masyarakat tentang adanya indikasi korupsi di Hotel Borobudur. Namun, mereka diserang oleh oknum rombongan pejabat yang sedang diintainya hingga akhirnya luka parah.
“Mereka mendapat tindakan yang tidak pantas dan dianiaya hingga menyebabkan kerusakan pada bagian tubuh,” ucapnya.
Padahal, lanjut Febri, kedua penyidik KPK yang menjadi korban tersebut, telah memperlihatkan identitas sebagai penyidik KPK. “Meskipun telah diperlihatkan identitas KPK namun pemukulan tetap dilakukan,” ucapnya.
Lebih lanjut, Febri juga menyesalkan tindakan main hakim sendiri yang dilakukan pelaku terhadap dua penyidik KPK. Terlebih, keduanya sedang diberi tugas untuk memberantas korupsi.
“Apapun alasannya, tidak dibenarkan bagi siapapun untuk melakukan tindakan main hakim sendiri, apalagi ketika ditanya, Penyidik KPK telah menyampaikan bahwa mereka menjalankan tugas resmi,” ucap Febri.
“Sehingga kami memandang penganiayaan yang dilakukan terhadap dua pegawai KPK dan perampasan barang-barang yang ada pada pegawai tersebut merupakan tindakan serangan terhadap penegak hukum yang sedang menjalankan tugas,” tambahnya.
Oleh karenanya, Febri berharap aparat kepolisian dapat meringkus pelaku penganiayaan terhadap dua penyidiknya.
“Semoga segera diproses pelaku penganiayaan tersebut. Semoga hal yang sama tidak terjadi pada penegak hukum lain yang bertugas, baik KPK, Kejaksaan ataupun Polri,” pungkasnya.
Sementara itu, kata Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) Yunus Wonda menuturkan, kejadian dini hari di Hotel Borobudur terjadi karena pihaknya merasa tidak nyaman dintai dan difoto-foto oleh orang yang ternyata penyelidik KPK itu.
Rombongannya langsung menghampiri dua penyelidik KPK itu dan menanyakan soal keperluan memotret rombongannya, termasuk hadir Gubernur Papua Lukas Enembe berkali-kali.
Dua penyelidik KPK memotret para pejabat dari Papua usai melakukan pertemuan dengan pihak Kemendagri untuk membahas RAPBD. Karena jadwalnya harus dikonsultasikan lebih dulu.
“Acara sudah selesai dan kami akan pulang. Tapi di loby hotel kami lihat kok ada orang foto-foto terus dan kami curiga jadi langsung kami pegang orang itu dan tanya,” kata Yunus sebagaimana dilansir dari Cepos Online (JawaPos grup).
Setelah diperiksa ternyata betul, dalam percakapan WhatsApp pria tersebut berisi foto dan keterangan yang langsung dikirim ke pimpinannya.
“Pak Gubernur juga melihat isi WhatsApp nya dan ada sebutan Lukas (Lukas Enembe), YW (Yunus Wonda) dan aktivitas yang kami lakukan. Saat itu juga Pak Gubernur perintahkan bawa ke polisi. Itu terjadi sekitar pukul 01.00 dini hari,” bebernya.
Yunus menyebut bahwa awalnya ada tiga orang, namun salah satunya pergi lebih dulu. Setelah sampai di Polda Metro Jaya dan diperiksa ternyata betul, dua pria tersebut adalah penyidik dari KPK.
“Pihak kepolisian sudah konforirmasi ke kami bahwa mereka memang dari KPK, kami paham tugas mereka, tapi kami tidak nyaman. Kami akan berikan keterangan pers soal ini. Mungkin ini sejarah karena baru pertama kali orang KPK yang justru kami bawa ke Polisi,” imbuhnya.
Menurut Yunus, kemungkinan KPK sedang merencanakan Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap dirinya dan Gubernur Papua. Namun Yunus menegaskan bahwa pihaknya tidak main mata dengan siapa pun.
“Kami pikir mereka sebenarnya mau lakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap kami, tapi saya tegaskan bahwa kami kerja tak ada deal-deal dengan pihak manapun. Semua sesuai aturan, tapi kami seperti dicurigai,” tegasnya.
0 Komentar